Artikel Khutbah Jum'at :
Jauhilah Gaya Hidup Orang Kafir..! Selasa, 20 Desember 11
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وعلى آله وصحبه أجمعين
ا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ
نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً
كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ
وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا. أَمَّا
أما بعد : فإنّ أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى النبي
وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل
ضلالةفي النار
Kaum muslimin rahimakumullahu …
Pada kesempatan yang penuh barakah ini, kami
wasiatkan kepada diri kami sendiri juga kepada segenap jama’ah kaum
muslimin, agar senantiasa bertaqwa kepada Alloh. Marilah kita
mengindahkan perintah Alloh dan Rasul-Nya dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauh dari segala larangan-Nya, karena semua itu
merupakan urgensi dari ketaqwaan. Dengan ketaqwaan, Alloh akan
memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat; di dunia memperoleh
kebahagiaan walaupun hidup sederhana, di akhirat memperoleh warisan
surga.
Sebagaimana Alloh berfirman,
تلك الجنة التي نورث من نشآء من عبادنا من كان تقيا
"Itulah surga yang akan Kami wariskan pada hamba-hamba Kami yang bertaqwa "(QS. Maryam [19]: 63)
Ma’asyiral muslimin rahimaniy warahimakumullahu
Alloh telah memberikan berbagai macam nikmat kepada seluruh makhluk
di alam ini terutama kepada hamba-Nya yang berimana, maka hendaknya
kita bersyukur pada Alloh atas semua nikmat tersebut.
Alloh berfirman,
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا
"Jikalau kalian mencoba menghitung nikmat-Ku niscaya kalian tidak mampu menghitungnya. (QS. An-Nahl [16]: 18).
Seandainya lautan di alam dunia ini menjadi tinta, pohon-pohon di
permukaan bumi ini dijadikan pena-Nya untuk mencatat nikmat-nikmat
Alloh Ta’ala, maka takkan cukup untuk mencatatnya.
Dan merupakan nikmat yang paling besar yang diberikan kepada
hamba-Nya yang beriman adalah nikmat Iman dan Islam. Dengan keimanan,
seorang dapat mencapai ridha Alloh Ta’ala.
Di dalam diri seseorang, keimanan itu dapat berubah-ubah terkadang
meningkat, terkadang merosot. Dengan melakukan amalan shalih dan
menjalankan perintah Alloh, keimanan kita bisa meningkat. Dan dengan
pelanggaran syari’at dan berbuat maksiat, keimanan seseorang bisa
merosot.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dengan sanad yang hasan, lihat as-Shahihah 1585:
إِنّ اْلإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ كَمَا يَخْلُقُ ثَوْبُ أَحَدِكُمْ فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدّدَ اْلإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ
Sesungguhnya keimanan dapat menjadi lekang
bagaikan baju yang berubah usang. Karena itu mintalah kepada Alloh agar
Dia memperbaharui iman dalam hati kalian.
Selain nikmat iman, yang Alloh berikan kepada hamba-Nya yang
beriman adalah Alloh Ta’ala memberikan nikmat Islam. Dan agama Islam
merupakan agama diridhai.
Alloh Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya,
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
"Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Alloh hanyalah Islam." (QS. Ali Imran [3]: 19).
Dan sungguh termasuk orang-orang yang merugi siapa pun yang mencari agama selain Islam. Sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman,
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلأِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلأَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa
mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama
itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran [3]: 85).
Kaum muslimin rahimaniy warahimakumullahu ….
Perlu kita sadari bahwa karena kemajuan teknologi yang tidak
diimbangi dengan peningkatan keimanan telah merusak moral kaum
muslimin. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang mestinya menjadi pegangan
telah ditinggalkan oleh sebagian besar saudara kita, sebagai gantinya
mereka rame-rame menghadapkan wajah dan pikirannya kepada orang-orang
barat yang pada umumnya mereka adalah orang-orang kafir.
Islam mendapat tantangan dari berbagai pihak, Yahudi dan Nasrani
yang dari awal diutusnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam
sudah menyatakan permusuhan kepada Islam, semakin gencar merusak
sendi-sendi Islam, sehingga tidak sedikit umat Islam yang tidak tahu
akan aqidahnya sendiri. Sebagaimana yang digambarkan dalam al-qur’an.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al-Baqarah [2]: 120)
Mereka mamasukkan gaya hidup mereka yang rusak dan keropos ke dalam
tatanan hidup kaum muslimin yang indah nan damai ini. Dengan propaganda
yang bertubi-tubi mereka tanamkan dogma bahwa ajaran Islam ini sudah
kuno tak layak untuk direalisasikan di zaman modern ini.
Dan realita yang ada, tak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan kaum muslimin telah mencontoh kehidupan orang-orang kafir.
Atas dasar itulah, saya sebagai khatib berpesan kepada kaum
muslimin seluruhnya agar berhati-hati terhadap pemikiran orang kafir
dan jauhilah gaya hidup mereka dengan mengikuti gaya hidupnya berarti
telah bersikap loyal terhadap mereka. Sedangkan berloyalitas kepada
orang kafir hukumnya haram. Sebagaimana firman Alloh melarang dalam
al-Qur’an,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَن
يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka,
sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zhalim." (QS. Al-Maidah [5]: 51).
Dan termasuk pokok-pokok aqidah Islam adalah wajib bagi setiap
muslim untuk berloyalitas kepada sesamanya dan memusuhi orang-orang
kafir. Maka hendaknya ia mencintai ahli tauhid dengan penuh keikhlasan
dan memberikan wala’ (kasih sayang) kepada mereka. Hendaknya membenci
ahli syirik dan menegakkan pilar permusuhan terhadap mereka. Dan inilah
ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan ummatnya. Kita diperintah untuk
mencontoh mereka. Sebagaimana Alloh berfirman dalam Al-Qur’an,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَآؤُا مِنكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا
بِاللهِ وَحْدَهُ إْلاَّ قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ ِلأَبِيهِ لأَسْتَغْفِرَنَّ
لَكَ وَمَآأَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ مِن شَىْءٍ رَّبَّنَا عَلَيْكَ
تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
"Sesungguhnya
telah ada suri tauladan bagimu pada Ibrahim dan orang yang bersama
degan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh.
Kami ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Alloh saja. “Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya
aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak
sesuatu pun dari kamu (siksaan) Alloh.” Ibrahim berkata: “Ya Rabb kami,
hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami
bertaubat dan kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah [60]: 4).
Bahkan Alloh Ta’ala melarang orang-orang mu’min berloyalitas
terhadap orang kafir walaupun mereka itu orang yang paling dekat.
Sebagaimana Alloh telah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّخِذُوا ءَابَآءَكُمْ
وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى
اْلإِيمَانِ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ
"Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka-mereka itulah orang-orang yang
zhalim." (QS. At-Taubah [9]: 23).
Alloh dengan tegas melarang kita bersikap loyal terhadap orang
kafir. Diantara bentuk loyalitas adalah meniru gaya hidup mereka
seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, ikut serta dalam perayaan
mereka semisal perayaan natal, valentine, dan hari raya lain yang bukan
hari raya Iedul fithri dan Idul Adha, semua itu merupakan tasyabbuh
terhadap mereka.
Padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut. (HR. Tirmdizi dan Abu Dawud, dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil: Hasan Shahih 1269)
Berkata Syaikh al-Fauzan: “Maka Alloh Ta’ala telah melarang
berloyalitas terhadap Yaghudi dan Nasrani dan hal tersebut mencakup
cinta kepada mereka dalam hati, menolong mereka, membela mereka,
berbuat baik dan senang kepada mereka, semua itu termasuk wala’ atau
loyalitas terhadap mereka.”
Maka, kita melihat hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam dan
perkataan para ulama menunjukkan haramnya berloyalitas kepada orang
yang-orang yang kafir dalam bentuk apapun lantara mereka telah
mengingkari kebenaran dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat al-Mumtahanah ayat pertama yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan
kepada mereka (berita-berita Nabi Muhammad) karena rasa kasih sayang;
padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu, mereka mengusir rasul da mengusir kamu karena kamu beriman
kepada Alloh, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada
jalan-Ku dan mencari ridha-Ku (jangan kamu berbuat demikian), kamu
beritakan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka karena
rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan
apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang
lurus.
Dengan demikian, berloyalitas terhadap orang kafir –mencakup gaya
hidup mereka dan menyerupai ciri khas mereka- hukumnya haram. Maka
sepatutnya bagi kaum muslimin untuk merealisasikan pokok-pokok Islam,
di antaranya ialah memberikan wala’ (loyalitas) kepada sesama muslim
dan bara’ (membenci dan memusuhi) orang-orang kafir.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah Kedua
Kaum muslimin rahimakumullahu …
Setelah kita mengetahui uraian pada khutbah pertama, mungkin muncul
pertanyaan di benak kita: Kapankah seorang dikatakan berloyalitas
kepada orang kafir?
Alangkah baiknya jika kita mengupas, kapan seorang dikatakan
berloyalitas terhadap orang kafir. Seorang muslim dikatakan loyal
kepada orang kafir jika:
1. Menyerupai mereka dalam hal berpakaian dan berbiacara
Sebagaimana Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من تشبّه بقوم فهو منهم
Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum tersebut.
2. Tinggal di negara kafir dan tidak pindah ke negara kaum muslimin untuk menghindar dari agama mereka.
Hijrah dari negara orang kafir merupakan kewajiban, kecuali jika
tinggalnya di sana untuk berdakwah atau urusan yang dibenarkan syariat.
3. Safar ke negara mereka dengan tujuan berekreasi
Safar ke negara orang kafir adalah haram kecuali dalam keadaan
darurat seperti berobat dan belajar ilmu yang tidak mungkin terpenuhi
kecuali harus safar ke negeri mereka. Maka hal ini diperbolehkan sesuai
kadar kebutuhannya. Kalau sekiranya ia telah selesai, maka wajib untuk
kembali ke negeri kaum muslimin.
4. Membantu mereka untuk mengalahkan kaum muslimin, jika memuji serta membela kaum kafir.
Dan ini merupakan salah satu pembatal Islam dan sebab-sebab kemurtadan. Kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut.
5. Menjadikan mereka teman dekat dan penasehat.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) madharat bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah
Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali Imran [3]: 118).
6. Menggunakan kalender mereka, khususnya tanggal yang berkaitan tentang hari raya mereka.
7. Ikut serta dalam merayakan hari raya mereka dan membantu dalam pelaksanaannya serta mengucapkan selamat kepada mereka.
8. Memuji mereka karena keberhasilan dalam bidang teknologi dan
merasa kagum dengan akhlaq dan kemahiran mereka tanpa melihat aqidah
mereka yang batil dan agama mereka yang rusak.
Sebagaimana Alloh berfirman,
وَلاَ تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَامَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا
مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ
رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan
golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami
cobai mereka dengannya. Dan karunia Rabbmu adalah lebih baik dan lebih
kekal." (QS. Thaha [20]: 131).
9) Memberikan nama dengan nama-nama mereka.
10) Memohonkan ampun atas mereka dan mengucapkan “Rahimakumullahu” kepada mereka.
Allah berfirman,
مَاكَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُوْلِى قُرْبَى مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ
لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tiadakah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, sesudah jelas bagi mereka
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka." jahannam. (QS. At-Taubah [9]: 113).
Akhirnya kita memohon kepada Allah Ta’ala agar dihindarkan dari
sikap loyalitas kepada orang-orang kafir. Semoga Alloh memudahkan kita
dalam memahami al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an menjadi pembela pada hari
kiamat kelak, tidak menggugat kita pada kesempatan yang sangat
mengerikan itu.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وآخر دهونا أن الحمد لله ربّ العالمين.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas Komentar anda di Blog MTs. Mursyidut Thullab Kab. Sinjai